GAYA KEPEMIMPINAN SEKTOR PUBLIK Vs SEKTOR SWASTA
Sayang Seribu Kali Sayang
Oleh: Andy Arya Maulana Wijaya, Dosen Fisip UM Buton
Dalam teori kepemimpinan, kepribadian, nilai, keterampilan dan pengalaman akan menentukan gaya kepemimpinan seseorang. Observasi mandiri dan penelusuran informasi secara kualitatif dilakukan melalui rangkaian silaturahmi kepada tokoh masyarakat di Baubau.
Rentang waktu terasa krusial dan kritis dikala tersisa beberapa hari menjelang pemungutan suara Pilwalkot pada tanggal 27 November nanti, perlu kalkulasi lain untuk mantap menentukan paslon terbaik segera.
Dari informasi itu, kesimpulan sementara mengerucut pada rivalitas dua kandidat yang kuat dan paling banyak dibicarakan. Kedua kandidat ini, nampaknya memiliki latar belakang pengalaman yang berbeda. Hal ini sangat menarik, jika dihubungkan dengan gaya kepemimpinannya nanti.
Dimulai pada Kandidat pertama, ia pernah menjabat sebagai Anggota DPRD, Wakil Wakil Walikota lalu Walikota, lalu tercatat pernah bekerja di organisasi non-pemerintah (NGO) ternama yang berkontribusi pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.
Pengalaman lain, dilengkapi dengan bahwa Ia pernah malang-melintang sebagai aktivis pergerakan mahasiswa yang peduli dengan masalah-masalah dihadapi masyarakat kota.
Pengalaman yang paripurna ini, tentu membuat kapasitasnya dalam manajemen pemerintahan dan pembangunan daerah diperoleh saat berkiprah di lembaga legislatif dan eksekutif sangat lengkap.
Kandidat kedua, memiliki perberdaan kontras, ia adalah sosok dengan pengalaman pada manajemen bisnis swasta. Rekam-jejaknya banyak terkait persaingan dan inovasi dalam dunia usaha. Reputasinya dilihat dari kinerja perusahaan dalam meraih keuntungan sebesar-besarnya. Ia terbiasa fokus mewaspadai pebisnis lain dengan bidang usaha sejenis sebagai saingan dalam kompetisi memperoleh paket pekerjaan.
Dalam tinjauan akademik, relasi atas dua bidang berbeda ini bersesuaian dengan dengan konsep yang telah lama dikenal, yakni adanya sektor pemerintah (public sector) versus sektor swasta (private sector).
Sektor publik dikelola pemerintah dengan fokus pada upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, sedang sektor swasta dijalankan pengusaha dan berkonsenterasi pada usaha meraih keuntungan perusahaan.
Meski demikian, catatan ini menggarisbawahi bahwa berbagai pihak ternyata memiliki ragam pandangan, yang jika disederhanakan dapat dijelaskan bahwa jika kandidat satu terpilih, maka wawasan dan pengalamannya akan sangat menentukan gaya kepemimpinannya dan akan sangat menunjang saat mengelola pemerintahan, pembangunan dan fungsi-fungsi pemerintahan lainnya.
Dari sisi gaya kepemimpinan, prasyarat seorang pemimpin daerah telah terpenuhi. Tidak mengherankan jika masyarakat kota yang secara rasional menyerukan: Lanjutkan!
Sebaliknya, dengan prakondisi sebelumnya yang beerbeda maka kandidat kedua membutuhkan adaptasi yang tidak akan mudah, boleh jadi butuh waktu.
Ibarat pahlawan imajinatif – Satria Baja Hitam, ia harus “berubah…!” dari kebiasaan dan perilaku bisnis dengan semangat perhitungan laba-rugi, beralih ke kebijakan pemerintah yang mengutamakan kesejahteraan rakyat.
Sebenarnya banyak contoh pengusaha menjadi kepala daerah dan berhasil memiliki kinerja baik. Hanya saja, catatan penting dari pengusaha, ia harus memiliki rekam jejak peduli dengan orang banyak, menunjukkan karakter perhatian meningkatkan tarap hidup masyarakat, dan berusaha meningkatkan kapasitas dalam memahami pemerintahan dan pembangunan daerah.
Namun, sayang seribu kali sayang dalam telusur informasi lebih lanjut menjelaskan bahwa kandidat kedua ini, dipandang masyarakat kota tidak memiliki riwayat atau pengalaman itu.
Oleh karena itu, sesal seribu berujung kesal, kandidat ini belum tepat dikatakan sebagai figur yang memiliki kapasitas dan kompetensi untuk memimpin dan memahami tata kelola pemerintahan, birokrasi publik, sistem penganggaran, dan pembangunan daerah.
Boleh jadi kandidat ini mampu memiliki gagasan inovatif, akan tetapi persoalan kepemimpinan daerah tidak berhenti disitu, perlu kemampuan pemimpin dalam mengidentifikasi isu-isu strategis daerah, masalah dihadapi masyarakat serta proyeksi masa depan daerah ditangannya. Ibarat seperti mesin mobil yang terlambat panas dan tidak tangguh, yang akibatnya ketika berada di pendakian masalah, mesin bisa berhenti mendadak …. mati dalam! Tentu kita semua tidak menginginkan itu terjadi di Kota ini.
Bagi pembaca dan penonton yang budiman, tentunya dapat objektif menilai melihat kekuatan dan kelemahan para kandidat Pilwalkot Baubau saat Debat Kandidat beberapa hari lalu. Hanya ada satu kandidat yang mampu keluar dari dominasi cara berpikir “seadanya saja” dalam memberi gagasanya bagi permasalahan Kota.
Bahkan sebagai pasangan calon, kita dapat menilai bahwa seringkali calon wakil lebih banyak mendominasi pembicaraan, dan calon Walikota-nya lebih banyak berdiri dan membisu, padahal kita butuh pemimpin yang memiliki komunikasi publik terbaik.
Jadi, hanya akan ada kepada satu-lah pemenang Pilwalkot nanti diputuskan.
Lalu kepada siapa putusan mayoritas masyarakat akan dijatuhkan di dalam bilik TPS nanti Mari berdoa kepada Allah Yang Maha Kuasa, semoga sebagai ending kontestasi, transformasi kota ini perlu dikelola oleh tangan yang tepat.